“Pengelolaan sampah adalah masalah besar di mana-mana,” kata Managing Director Universal Biopack Vara-Anong Vichakyothin, dikutip dari CNN.
Perusahaan ini menggunakan teknologi yang dirancang dari sebuah universitas di Bangkok untuk membuat kemasan tanpa limbah. Kemasan dari bambu ini diharapkan dapat menggantikan kotak styrofoam dan kantong plastik yang menjadi sumber sampah utama di Thailand.
Formula ramah lingkungan itu dikembangkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kemasan bambu ini bisa digunakan untuk membungkus beragam furnitur bahkan telepon. Bambu yang digunakan juga merupakan sisa dari proses pembuatan sumpit.
Kemasan itu dijual ke beragam produsen dan restoran termasuk industri makanan dan minuman di Bangkok serta Chiang Mai. Kendati demikian, perusahaan mengaku sulit untuk mendapatkan klien baru dengan alasan menekan harga jual.
Tak dimungkiri, kemasan bambu ini punya harga jual yang lebih mahal dibanding styrofoam dan kantong plastik.
“Ekonomi lokal masih belum mendukung [teknologi ini],” ujar pendiri Universal Biopack, Suthep Vichakyothin.
Di sisi lain, vendor makanan yang paham akan lingkungan sudah beralih menggunakan kemasan bambu ini.
Untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif, Suthep mengaku akan berinvestasi dengan membuat pabrik tidak jauh dari Bangkok dengan pekerja berkisar 50-100 orang, Pembangunan pabrik baru ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bulanan dari 300 ribu unit menjadi satu juta unit.
Universal Biopack juga mengaku banyak permintaan dari luar negeri terutama dari negara Skandinavia tertarik menggunakan kemasan dari bambu tersebut.